Jumat, 06 November 2020

 

PEMIMPIN

Di bawah lampu yang temaram, izinkan aku bercerita apa yang kupikirkan akhir-akhir ini. Cerita ini dimulai ketika aku memasuki sebuah organisasi nasional. Aku bergabung ketika aku kerja, dengan tujuan aku bisa berkontribusi di bidang lain selain pekerjaan. Kuikuti semua prosesnya, dari mulai pendaftaran, seleksi, hingga akhirnya terpilih mengikuti pelatihan wilayah.

Dari wilayahku, terdapat 4 orang perwakilan. Kami semua antusias mengikuti semua rangkaian acaranya. Aku acungi jempol, acaranya memang luar biasa. Namun masalah dimulai ketika kami semua kembali ke tempat asal kami. Kami berempat memiliki domisili yang berjauhan, yang membuat koordinasi pun semakin sulit untuk diupayakan.

Koordinasi online pun tidak membuahkan hasil. Akhirnya, dalam 1 tahun lebih, tidak ada kegiatan apa pun. Kedekatan internal pun tidak terbangun. Hingga pada suatu hari, salah satu temanku mengajak untuk mengaktifkan kembali dengan membuat webinar. Aku pun mendukungnya. Tak lain dan tak bukan, niatnya hanya ingin membantu. Aku tahu rasanya ditinggal sendirian, maka aku tidak mau meninggalkannya sendirian.

Kudukung dengan semampuku namun ternyata pada keberjalanannya banyak sekali perdebatan dan perbedaan diantara kita. Acap kali aku kesal dengannya. Aku merasa tak dilibatkan, tak didengar, dan begitu seterusnya. Sampailah aku menyadari, bahwa akulah yang salah. Dia pemimpinnya, dan aku ada di bawah kendali pemimpin. Sudah seharusnya aku menghargainya. Memberi masukan ketika dibutuhkan dan melakukan tanggungjawab sesuai porsi dan peran.

Ternyata yang menjadi lebih penting dari seorang pemimpin adalah bagaimana mengikuti arahan seorang pemimpin. Jika kita tidak bisa mengikuti arahan pemimpin, bagaimana bisa kita dipimipin?


#Day 22

0 komentar:

Posting Komentar