PEMIMPIN
Di bawah lampu yang temaram,
izinkan aku bercerita apa yang kupikirkan akhir-akhir ini. Cerita ini dimulai
ketika aku memasuki sebuah organisasi nasional. Aku bergabung ketika aku kerja,
dengan tujuan aku bisa berkontribusi di bidang lain selain pekerjaan. Kuikuti semua
prosesnya, dari mulai pendaftaran, seleksi, hingga akhirnya terpilih mengikuti
pelatihan wilayah.
Dari wilayahku, terdapat 4 orang
perwakilan. Kami semua antusias mengikuti semua rangkaian acaranya. Aku acungi
jempol, acaranya memang luar biasa. Namun masalah dimulai ketika kami semua
kembali ke tempat asal kami. Kami berempat memiliki domisili yang berjauhan,
yang membuat koordinasi pun semakin sulit untuk diupayakan.
Koordinasi online pun tidak
membuahkan hasil. Akhirnya, dalam 1 tahun lebih, tidak ada kegiatan apa pun. Kedekatan
internal pun tidak terbangun. Hingga pada suatu hari, salah satu temanku
mengajak untuk mengaktifkan kembali dengan membuat webinar. Aku pun mendukungnya.
Tak lain dan tak bukan, niatnya hanya ingin membantu. Aku tahu rasanya
ditinggal sendirian, maka aku tidak mau meninggalkannya sendirian.
Kudukung dengan semampuku namun
ternyata pada keberjalanannya banyak sekali perdebatan dan perbedaan diantara
kita. Acap kali aku kesal dengannya. Aku merasa tak dilibatkan, tak didengar,
dan begitu seterusnya. Sampailah aku menyadari, bahwa akulah yang salah. Dia
pemimpinnya, dan aku ada di bawah kendali pemimpin. Sudah seharusnya aku
menghargainya. Memberi masukan ketika dibutuhkan dan melakukan tanggungjawab sesuai
porsi dan peran.
Ternyata yang menjadi lebih penting
dari seorang pemimpin adalah bagaimana mengikuti arahan seorang pemimpin. Jika kita
tidak bisa mengikuti arahan pemimpin, bagaimana bisa kita dipimipin?
#Day 22
0 komentar:
Posting Komentar