Waktu menunjukkan pukul sepuluh, aku pun bersemangat mengirimkan pesan pada Kakak. Aku ingin memberi kabar bahagia karena sudah selesai masak.
“Kak, adik udah selesai masak
ayam teriyaki, tempe uleg bumbu kencur, dan sayur sop sawi.” pesan dikirimkan
“Nggak sabar pengen nyobain.”
balas sang Kakak
“Iya, banyak banget lagi, ayam ½
kg jadinya sewajan gede.” ceritaku
“Iya, waktu itu kakak masak juga
dibagi 2 resep karena banyak.” jawab sang kakak
Pasalnya, aku memang menyukai
kegiatan memasak, rasanya seperti ada gairah sendiri jika memasak.
Pesan masuk lagi.
“Ade, segera belajar 2 minggu
lagi kita tes toefl, 550 ya skornya, awas kalo nggak!” ancam sang Kakak
Rencananya, kami berdua memang
akan mengikuti tes toefl, dan menargetkan skor 550 tersebut.
Namun, pesan tersebut sekaligus
membuat bete seketika.
Kubalas “Bye!”
Malas menjawabnya.
Disadari, memang Kakak berniat
baik, ingin mengingatkanku agar segera belajar. Namun, entah kenapa ada rasa
kesal. Aku tahu kok kapan harus belajar. Aku punya perhitungan kok. Aku juga
punya rencana sendiri, setelah masak kemudian salat duha, aku akan belajar
serius dan fokus. Bukan tanpa alasan aku memilih masak terlebih dahulu, karena
ayahku sebentar lagi pulang dan akan makan siang, kalau masaknya di nanti-nanti,
kupikir akan lebih menghabiskan waktu. Entahlah. Kadang mungkin memang kakak
hanya berniat mengingatkan, tetapi aku merasa kakak mengaturku, memaksaku,
padahal aku adalah pribadi yang sudah dewasa, aku pun bisa mengatur mana yang
buatku prioritas atau bukan.
Setelah merenung beberapa menit,
aku menyadari bagaimanapun kakak tidak bersalah, ia hanya ingin mengingatkan
meski terkesan memaksa. Ia sayang padaku. Selanjutnya, bete dan kesal boleh.
Namun, kalau kelamaan juga tidak efektif. Sehingga, kuputuskan untuk merubah
makna dan segera menuliskannya agar emosiku tidak terpendam yang kemudian bisa
meledak suatu saat nanti.
Kita memang tidak bisa mengatur
orang lain untuk berlaku apa yang kita mau. Namun, kita bisa mengatur respon
diri ini ke orang lain. Semangat selalu memperbaiki diri. Lebih baik berkarya,
daripada ber-emosi. Hehe.
DAY 32
0 komentar:
Posting Komentar