Selasa, 17 November 2020

LEBIH BAIK BERKARYA DARIPADA BER-EMOSI

Waktu menunjukkan pukul sepuluh, aku pun bersemangat mengirimkan pesan pada Kakak. Aku ingin memberi kabar bahagia karena sudah selesai masak.

“Kak, adik udah selesai masak ayam teriyaki, tempe uleg bumbu kencur, dan sayur sop sawi.” pesan dikirimkan

“Nggak sabar pengen nyobain.” balas sang Kakak

“Iya, banyak banget lagi, ayam ½ kg jadinya sewajan gede.” ceritaku

“Iya, waktu itu kakak masak juga dibagi 2 resep karena banyak.” jawab sang kakak

Pasalnya, aku memang menyukai kegiatan memasak, rasanya seperti ada gairah sendiri jika memasak.

Pesan masuk lagi.

“Ade, segera belajar 2 minggu lagi kita tes toefl, 550 ya skornya, awas kalo nggak!” ancam sang Kakak

Rencananya, kami berdua memang akan mengikuti tes toefl, dan menargetkan skor 550 tersebut.

Namun, pesan tersebut sekaligus membuat bete seketika.

Kubalas “Bye!”

Malas menjawabnya.

Disadari, memang Kakak berniat baik, ingin mengingatkanku agar segera belajar. Namun, entah kenapa ada rasa kesal. Aku tahu kok kapan harus belajar. Aku punya perhitungan kok. Aku juga punya rencana sendiri, setelah masak kemudian salat duha, aku akan belajar serius dan fokus. Bukan tanpa alasan aku memilih masak terlebih dahulu, karena ayahku sebentar lagi pulang dan akan makan siang, kalau masaknya di nanti-nanti, kupikir akan lebih menghabiskan waktu. Entahlah. Kadang mungkin memang kakak hanya berniat mengingatkan, tetapi aku merasa kakak mengaturku, memaksaku, padahal aku adalah pribadi yang sudah dewasa, aku pun bisa mengatur mana yang buatku prioritas atau bukan.

Setelah merenung beberapa menit, aku menyadari bagaimanapun kakak tidak bersalah, ia hanya ingin mengingatkan meski terkesan memaksa. Ia sayang padaku. Selanjutnya, bete dan kesal boleh. Namun, kalau kelamaan juga tidak efektif. Sehingga, kuputuskan untuk merubah makna dan segera menuliskannya agar emosiku tidak terpendam yang kemudian bisa meledak suatu saat nanti.

Kita memang tidak bisa mengatur orang lain untuk berlaku apa yang kita mau. Namun, kita bisa mengatur respon diri ini ke orang lain. Semangat selalu memperbaiki diri. Lebih baik berkarya, daripada ber-emosi. Hehe.

DAY 32

0 komentar:

Posting Komentar