Jujur, ini kali pertama saya
mengikuti kegiatan 30 DWC berbayar, yang gratis juga belum pernah sih. Hehe. Hanya,
saya pernah menantang diri saya nulis selama 30 hari tanpa lembaga, alias
inisiatif sendiri. Namun, tidak tuntas, karena sebelumnya sudah dibuat
judul-judul, hari kesekian judul apa dan begitu seterusnya. Ketika judulnya
tidak menarik untuk saya, jadi tidak semangat untuk menuliskannya.
Pertama kali mengikuti, kemudian
saya sok-sok an jadi guardian. Haha. Padahal sangat tidak terbayang tugas guardian
itu bagaimana. Yang saya pikirkan hanya terima tantangan saja. Oke. Tantangan dimulai
dan ternyata tidak mudah. Wkwk. Di sela-sela menulis, ada aktivitas feedback dari sesama peserta yang
berbeda grup. Ketika itu, ada salah seorang fighter
di squad saya yang menanyakan perihal
jadwal feedback tersebut, saya pun
menjawab dan dibantu juga oleh salah satu fighter
dari squad yang sama. Namun, fighter tersebut belum mengerti-mengerti,
hingga akhirnya terucaplah bahwa fighter menyalahkan
ketidak-aktifan saya sebagai ketua kelas. Hmmmm.. Ketika itu, saya tidak terima
dengan perkataannya, karena sebenarnya posisi kita pun sama, peserta. Namun,
saya hanya meminta maaf karena belum bisa menjadi ketua kelas yang baik. Perdebatan
selesai, dan ia pun mulai mengerti tentang schedule
yang ada. Syukurlah.
Uniknya, beberapa hari kemudian, fighter tersebut mengirimkan pesan pada
saya, ia mengatakan beberapa hari ini hatinya tak tenang, ingin meminta maaf
atas kesalahannya kemarin. Saya pun jujur mengatakan bahwa saya kesal disebut
kurang aktif, ya karena semuanya posisinya setara, ini pun kali pertama saya
ikutan kelas menulis dan sejenisnya. Semestinya saling dukung saja, tidak perlu
saling menyalahkan. Dengan permintaan maafnya dan menyadari kondisinya, saya
pun memaafkannya. Disitu, saya sadar bahwa memang sangat penting untuk sadar jika
berbuat kesalahan dan berani meminta maaf. Saya pun menjadi salut kepada fighter tersebut karena menyadari
kesalahannya dan berani meminta maaf. Kekesalan saya pun sudah tak berbekas. Bahkan
saya sempat memintanya untuk memberikan feedback
pada tulisan saya.
Kalau ditanya bagaimana rasanya ikut
30 DWC? Hmmmm… Nano-nano rasanya. Kadang bersemangat, kadang malas, kadang
tidak tahu mau menulis apa. Namun, yang terpenting, saya terus memaksa diri untuk
terus menulis karena tujuan saya di awal. Saya ingin memberanikan diri untuk
berkarya. Di tengah-tengah prosesnya, saya cukup banyak mendapatkan informasi
mengenai kegiatan yang sama yang diadakan oleh lembaga lainnya. Saya kemudian
bersemangat untuk mengikutinya. Saya hanya berpikir saya tidak bisa hanya sampai
disini saja. Saya harus terus berproses. Masih teringat jelas ketika menulis
dengan tema juang saya benar-benar
mendapatkan feel-nya. Ternyata, menulis
dari hati akan jauh lebih enak dan mengesankan, khususnya untuk diri saya
sendiri.
Terakhir, saya ucapkan
terimakasih kepada superteam 30 DWC yang telah memfasilitasi kegiatan ini. Ada kelebihan,
ada pula kekurangan. Semoga 30 DWC ini semakin berkembang dan juga semakin menyebar
manfaatnya.
Dengan bimbingan mentor Rezky
Firmansyah Adm dan Kak Rizka Amalia Shofa. Beserta superteam kak Sarikusuma
Wijaya dan kak Stephanie Prisca Dewi
#30dwcjilid26
#finalchallenge26
0 komentar:
Posting Komentar