Sabtu, 14 November 2020

Pengalaman mengikuti 30 DWC


 

Jujur, ini kali pertama saya mengikuti kegiatan 30 DWC berbayar, yang gratis juga belum pernah sih. Hehe. Hanya, saya pernah menantang diri saya nulis selama 30 hari tanpa lembaga, alias inisiatif sendiri. Namun, tidak tuntas, karena sebelumnya sudah dibuat judul-judul, hari kesekian judul apa dan begitu seterusnya. Ketika judulnya tidak menarik untuk saya, jadi tidak semangat untuk menuliskannya.

 

Pertama kali mengikuti, kemudian saya sok-sok an jadi guardian. Haha. Padahal sangat tidak terbayang tugas guardian itu bagaimana. Yang saya pikirkan hanya terima tantangan saja. Oke. Tantangan dimulai dan ternyata tidak mudah. Wkwk. Di sela-sela menulis, ada aktivitas feedback dari sesama peserta yang berbeda grup. Ketika itu, ada salah seorang fighter di squad saya yang menanyakan perihal jadwal feedback tersebut, saya pun menjawab dan dibantu juga oleh salah satu fighter dari squad yang sama. Namun, fighter tersebut belum mengerti-mengerti, hingga akhirnya terucaplah bahwa fighter menyalahkan ketidak-aktifan saya sebagai ketua kelas. Hmmmm.. Ketika itu, saya tidak terima dengan perkataannya, karena sebenarnya posisi kita pun sama, peserta. Namun, saya hanya meminta maaf karena belum bisa menjadi ketua kelas yang baik. Perdebatan selesai, dan ia pun mulai mengerti tentang schedule yang ada. Syukurlah.

 

Uniknya, beberapa hari kemudian, fighter tersebut mengirimkan pesan pada saya, ia mengatakan beberapa hari ini hatinya tak tenang, ingin meminta maaf atas kesalahannya kemarin. Saya pun jujur mengatakan bahwa saya kesal disebut kurang aktif, ya karena semuanya posisinya setara, ini pun kali pertama saya ikutan kelas menulis dan sejenisnya. Semestinya saling dukung saja, tidak perlu saling menyalahkan. Dengan permintaan maafnya dan menyadari kondisinya, saya pun memaafkannya. Disitu, saya sadar bahwa memang sangat penting untuk sadar jika berbuat kesalahan dan berani meminta maaf. Saya pun menjadi salut kepada fighter tersebut karena menyadari kesalahannya dan berani meminta maaf. Kekesalan saya pun sudah tak berbekas. Bahkan saya sempat memintanya untuk memberikan feedback pada tulisan saya.

 

Kalau ditanya bagaimana rasanya ikut 30 DWC? Hmmmm… Nano-nano rasanya. Kadang bersemangat, kadang malas, kadang tidak tahu mau menulis apa. Namun, yang terpenting, saya terus memaksa diri untuk terus menulis karena tujuan saya di awal. Saya ingin memberanikan diri untuk berkarya. Di tengah-tengah prosesnya, saya cukup banyak mendapatkan informasi mengenai kegiatan yang sama yang diadakan oleh lembaga lainnya. Saya kemudian bersemangat untuk mengikutinya. Saya hanya berpikir saya tidak bisa hanya sampai disini saja. Saya harus terus berproses. Masih teringat jelas ketika menulis dengan tema juang saya benar-benar mendapatkan feel-nya. Ternyata, menulis dari hati akan jauh lebih enak dan mengesankan, khususnya untuk diri saya sendiri.

 

Terakhir, saya ucapkan terimakasih kepada superteam 30 DWC yang telah memfasilitasi kegiatan ini. Ada kelebihan, ada pula kekurangan. Semoga 30 DWC ini semakin berkembang dan juga semakin menyebar manfaatnya.

 

Dengan bimbingan mentor Rezky Firmansyah Adm dan Kak Rizka Amalia Shofa. Beserta superteam kak Sarikusuma Wijaya dan kak Stephanie Prisca Dewi

 #DAY 30

#30dwcjilid26

#finalchallenge26

0 komentar:

Posting Komentar