Rabu, 06 Januari 2021

,

SAKIT HATI ATAU?

Ketika sedang semangat-semangatnya belajar menulis, saya mulai mencari beberapa kelas atau komunitas yang menyelenggarakan kegiatan menulis. Akhirnya, bertemu dengan ajakan Nulis Bareng Cerpen dengan sebuah penerbit. Menarik nih. Akhirnya, aku ikuti segala prosesnya. Meski gratis, pelayanannya sangat memuaskan, kami mendapatkan tugas dan juga materi. Ada pula tugas akhir yang kemudian jika terpilih, cerpennya akan dibukukan. 

Singkat cerita, ada tugas membuat outline dengan tema IBU. Sebenarnya, saya belum punya pengalaman menulis, namun saya sangat bersemangat mengerjakan tugas tersebut. Menantang bagiku. Saya pun membuat outline dengan cerita anak yang dilahirkan dalam kondisi kekurangan finansial dan Ibu yang mudah marah hingga membuat sang anak tertekan dan ingin bunuh diri. Namun, outline tersebut mendapat koreksi, sudah banyak cerita Ibu miskin, akhirnya saya diminta untuk mengganti ceritanya. 

Sekian lama berpikir, akhirnya saya terinspirasi dari Drakor Startup, drama korea yang sedang ramai-ramainya dan baru saja selesai tayang. Dengan segala usaha, akhirnya outline pun selesai. Saya kirimkan ke grup, lalu ada seseorang yang mengomentari, "Ini kayak drakor Startup", tak lama komentar itu dihapusnya. 

DEG!!! Hati saya berkecamuk saat itu. Iya sih, terinspirasi, tetapi ini sudah diganti kok. Saya juga ini sudah usaha kok. Kesal? Jelas. Bete sama orangnya? Iya. Namun, akhirnya saya berpikir lagi. Ini feedback. Feedback itu netral, sehingga saya pun mengambil sikap. Benar juga ya, kalau nanti sama mentor saya dikomentarin dan disuruh revisi lagi, lebih parah. Saya pun berusaha berpikir lagi membuat cerpen yang menarik.

Beberapa jam kemudian, jadilah outline terbaru dan saya kirimkan ke grup. Besok paginya, mentor pun membaca dan langsung menyetujui. Alhamdulillah. Singkat cerita, kami mendapat tugas untuk mengembangkan cerpen dari outline tersebut. Segera saya buat semenarik dan serealistis mungkin. Tiba di akhir pengumuman, Alhamdulillah cerpen saya terpilih menjadi salah satu dari 20 orang yang terpilih untuk dibukukan. 

Flashback ketika saya diberikan feedback oleh salah satu anggota grup. Jika saat itu saya kesal kemudian saya cuek saja, mungkin cerita saya akan berbeda, mungkin cerpen saya tidak akan terpilih. Mulai saat ini, saya belajar memahami emosi saya. Jika sedih atau marah, saya terima emosi tersebut, kemudian saya bertanya apa yang membuat diri saya sedih, saya marah. Alhamdulillah hidup jadi lebih tenang. 

0 komentar:

Posting Komentar